۞Perintah Allah۞


❋❋❋❋❋❋❋❋❋❋❋❋❋❋❋

Seberapa sering kita denger orang bilang,

“Sholat jum’at bakalan nambah ketampanan seorang pria beberapa persen.”

“Tau ngga sih? Selama gue puasa, berat badan gue turun. Banyak-banyak puasa senin kamis deh, lama kelamaan pasti lo dapet tubuh ideal.”

Ok, kita ngga mengingkari manfaat apa yang bakalan kita dapet setelah melakukan amal ibadah, kita pasti bakalan nemuin banyak manfaat-manfaat setelah beribadah.

“Tau ngga sih kalian? Saat kalian bersujud dalam sholat, darah akan mengalir ke kepala dan bisa meningkatkan kecerdasan seseorang.”

“Tau ngga sih, air wudhu itu bisa menghaluskan wajah, membuatnya lebih cerah, sehat, dan kinclong?”

Ok, ok, okkk. Tapi yang jadi pertanyaan, seperti itukah kita mengenalkan Islam kepada orang lain? Kepada saudara kita? Kepada teman-teman kita? Kepada adik-adik kita? Seperti itukah?

Begitukah cara kita beragama?

“Lo tau ngga? Saat lo mulai menghafal Al-Quran, pelajaran lain pun akan lebih mudah masuk ke otak?”
“Iya kah? Ok, gue mau masuk Islam, mungkin bisa memperbaiki nilai akademik gue.”

What? Begitukah cara kita memperlakukan Islam? Apa kita membuat Islam seolah-olah menjadi pelayan untuk hidup? Kalo kaya gitu, coba kita mikir lagi..

Kalo kita tau apa-apa aja manfaat yang bakalan kita dapetin dari ibadah yang kita lakuin, yaa itu sih bagus. Tapi, jangan sampe kita punya pikiran kalo hal itu bisa jadi hal yang kita prioritasin.

Apa yang bakalan terjadi?

Kita bakalan mulai mempertanyakan segala manfaat "keduniaan" yang ditawarkan oleh Islam. Kita mulai mempertanyakan apa manfaat Islam untuk segi ekonomi, kesehatan, dan semacamnya. Secara ngga langsung, kita akan mulai bertanya seberapa berguna Islam untuk membuat kita menjadi kaya.

Seberapa besar fungsi Islam untuk membuat umur kita panjang..

Sekali lagi, Islam ada bukan untuk melayani kita. Kita harus sadar dengan posisi kita; kita ini adalah seorang hamba.

Kita harus memenuhi hak Allah untuk disembah.

Gimana kalo manfaat yang kita cari itu ngga kita dapetin? Allah akan mulai menguji kita dengan kemiskinan, dengan penyakit, dan sebagainya.

Kalo itu yang kita utamain, kita akan mulai menyalahkan Allah atas segala hal yang menimpa kita.

Kita menyalahkan Islam atas musibah yang menimpa kita.

Dan secara ngga langsung kita akan mulai mengeluh, "mana yang katanya sholat bisa membuat sehat? Yang ada malah tambah parah."

"Gue udah banyak-banyak sedekah, tapi masih gini-gini aja usaha gue ngga ada kemajuan. Malah makin sepi pelanggan."

Bakalan ada banyak keluhan pada diri kita. Ngga ada yang salah sama Islam, tapi kita mulai menyalahkan atas kekeliruan yang kita bangun sendiri sejak awal. Tentang gimana kita meperlakukan Islam. Tentang gimana cara kita beragama. Dan tentang gimana kita mengenal Islam.

Saat Allah memerintahkan wanita untuk memakai hijab, adakah wanita di zaman Rasulullah yang menanyakan, "Ya Rasulullah, kenapa Allah mewajibkan hijab untuk kami? Apa manfaat hijab untuk kami? Apakah agar kulit kami terlindung dari sinar matahari?"

Adakah dari mereka (wanita) pada zaman Rasulullah yang menanyakan hal itu? Engga. Terus apa yang mereka lakuin? Mereka langsung nyari kain untuk menutupi seluruh tubuh mereka (termasuk kepala).

Atau saat Allah memberi kejelasan tentang keharaman khamr (minuman keras). Apa yang mereka (para sahabat nabi) lakuin? Apakah mereka bertanya, "Ya Rasulullah, kenapa Allah mengharamkan khamr kepada kami? Keburukan apa yang akan kami dapatkan saat kami meminumnya? Apa keuntungan buat kami saat kami menjauhinya?"

Dalam sebuah kisah, diceritakan saat turun wahyu tentang keharaman khamr, salah seorang sahabat langsung memuntahkan khamr yang diminumnya yang sudah masuk dalam tenggorokannya. Mereka langsung memecahkan kendi-kendi yang berisikan khamr tersebut di rumah-rumah mereka.

Atau saat Allah menyuruh nabi Ibrahim AS menyembelih anaknya (Ismail), adakah pertanyaan yang dilontarkan kepada Allah "Ya Allah, kenapa engkau menyuruhku menyembelih anakku? Apa manfaat yang aku dapatkan setelahnya? Apakah engkau akan menggantikannya dengan yang lebih baik?"

Apakah nabi Ismail AS menanyakan kepada ayahnya, "Wahai ayah, kenapa Allah menyuruhmu menyembelihku? Apakah ada manfaat yang kau dapatkan dari tubuhku? Atau kau mengumpulkan darahku untuk membuat sesuatu yang lebih baik daripada aku?"

Engga. Nabi Ismail hanya mengatakan, "jika Allah yang menyuruhmu, maka lakukanlah."

Subhanallah...

Terus gimana dengan Hajar dan anaknya Ismail yang masih sangat kecil, ditinggalkan oleh nabi Ibrahim AS di tengah-tengah padang pasir seperti tak ada tanda kehidupan atas perintah Allah. Tapi saat Hajar mengetahui kalau ini adalah perintah Allah, dia hanya menuruti apa yang dikatakan oleh nabi Ibrahim kepadanya, dan dia hanya mengatakan "Allah tidak akan menyia-nyiakan kami jika ini perintah-Nya."

Ya, itulah bentuk penghambaan yang luar biasa sekali. Yang seharusnya bisa kita ambil sebagai contoh dan bentuk pembelajaran agar kita bisa menjadi hamba yang taat akan perintah-perintah Allah Ta'ala. Kita harusnya paham akan posisi kita, bukan malah menuntut ini dan itu.

Semoga artikel ini bermanfaat dan bisa menjadikan kita hamba yang lebih taat pada perintah Allah SWT.

Wallahu a’lam bishawab..

No comments:

Post a Comment